Akhirnya, Misteri Teknologi Arsitektur Candi Borobudur Terungkap│Kabar
mengenai temuan sebuah peradaban baru selalu menarik untuk di dikaji dan
perbincangkan. Begituhalnya dengan sebuah temuan ilmiah tentang jejak peradaban
kuno yang selama ini sangat dibanggakan oleh bangsa Indonesia karena menjadi
salah satu dari keajaiban dunia. Ya. Itulah Candi Borobudur. Sebuah bangunan
peninggalan abad ke-9 yang selalu menarik untuk menjadi bahan kajian dalam
setiap penelitian ilmiah. Bangunan ini selain mengandung filosofis, religious dan
nilai seni yang tinggi ternyata juga menyimpan
misteri dibalik kemegahan dari struktur bangunannya yang kokoh. Keajaiban struktur
bangunan Candi Borobudur ini menimbulkan berbagai tanda tanya dan rasa kagum dari
kalangan ilmuan, sehingga banyak peneliti termotivasi untuk dapat mengungkap
misteri teknologi yang di terapkan saat Candi Borobudur itu di bangunan.
Ternyata Tim Katastropik Purba berhasil menemukan
jawabannya. Tim yang dibentuk untuk meneliti bencana purba yang bersifat
katastropik itu mendapatkannya dari kelompok peneliti muda Bandung Fe
Institute. Mereka melakukan riset di 10 tempat peninggalan peradaban masa lalu.
Diceritakan Ketua Tim Katastropik Purba, Erick Ridzky,
beberapa bulan lalu tim yang dibentuk kantor Staf Khusus Presiden bidang
Bantuan Sosial dan Bencana itu mendengarkan paparan dari peneliti muda Bandung
Fe Institute yang sedang melakukan riset di 10 tempat peninggalan peradaban
masa lalu. Sekedar catatan, Bandung Fe institute menjadi mentor resmi untuk
International Conference of Young Scientist. Mereka juga telah masuk dalam
First Step to Novel Prize. Adapun nama-nama peneliti muda itu adalah Hokky
Situngkir, (32), Rolan Mauludy Dahlan, (29) dan Ardian Maulana, (29). Salah
satu yang sedang diteliti oleh peneliti muda BFI itu adalah candi Borobudur.
Mereka berhasil buktikan bahwa penguasaan teknologi berbasis geometri fraktal
sudah dikenal oleh nenek moyang kita saat membangun Candi Borobudur di atas
ketinggian bukit.
Sedikit tentang sejarah Borobudur, adalah candi yang
diperkirakan mulai dibangun sekitar 824 Masehi oleh Raja Mataram bernama
Samaratungga dari wangsa Syailendra, yang menganut agama Budha Mahayana. Candi
yang memiliki 2.672 panel relief, serta 504 patung Buddha, itu sempat terkubur
oleh lapisan vulkanik selama beberapa abad dan dikelilingi oleh rerimbunan
hutan, sebelum akhirnya ditemukan kembali pada masa pemerintahan Gubernur
Jenderal Sir Thomas Stamford Raffles.
BFI meyakini teknologi fraktal digunakan para arstitek
Kerajaan Mataram yang diperintah Raja Samaratungga dari wangsa Syailendra untuk
membangun Borobudur di tahun 824. Hasilnya adalah sebuah tempat ibadah yang
begitu megah.
“Tidak dapat dibayangkan bagaimana nenek moyang kita
membangun Borobudur yang demikian berat dapat berdiri kokoh dengan tanpa perlu
memakukan ratusan paku bumi untuk mengokohkan pondasinya, tak terbayangkan pula
bagaimana batu-batu yang membentuk Borobudur itu dibentuk dan diangkut ke area
pembangunan di atas bukit,” ujar Erick. Bahkan, dengan kecanggihan teknologi
yang ada pada masa kini pun, masih sulit membangun sebuah candi yang mampu
menyamai candi Borobudur.
Apa itu Fraktal?
Fraktal dalam bahasa Inggris adalah ‘fractal’ dari kata
Latin fractus yang artinya "patah", "rusak", atau
"tidak teratur". Istilah itu dipopulerkan oleh BenoƮt Mandelbrot pada
tahun 1975 Sebelum Mandelbrot memperkenalkan istilah tersebut, nama umum untuk
struktur semacamnya (misalnya bunga salju Koch) adalah kurva monster. Berbagai
jenis fraktal pada awalnya dipelajari sebagai benda-benda matematis.
Geometri fraktal adalah cabang matematika yang mempelajari
sifat-sifat dan perilaku fraktal. Fraktal bisa membantu menjelaskan banyak
situasi yang sulit dideskripsikan menggunakan geometri klasik, dan sudah cukup
banyak diaplikasikan dalam sains, teknologi, dan seni karya komputer.
Konsep Fraktal adalah bentuk geometris yang memiliki elemen-elemen
yang mirip dengan bentuknya secara keseluruhan. Itulah yang diterapkan arsitek
mataram atas Borobudur. Itu terlihat dari stupa raksasa yang di dalamnya
terdiri dari stupa-stupa lain yang lebih kecil. Terus hingga
ketidakberhinggaan. “Sungguh mengagumkan nenek moyang kita sudah memiliki
pengetahuan seperti itu. Bangunan Candi Borobudur benar-benar bangunan yang
luar biasa,” ujar Erick.
Fraktal adalah benda geometris yang kasar pada segala skala,
dan terlihat dapat "dibagi-bagi" dengan cara yang radikal. Beberapa
fraktal bisa dipecah menjadi beberapa bagian yang semuanya mirip dengan fraktal
aslinya. Fraktal dikatakan memiliki detil yang tak hingga dan dapat memiliki
struktur serupa diri pada tingkat perbesaran yang berbeda. Pada banyak kasus,
sebuah fraktal bisa dihasilkan dengan cara mengulang suatu pola, biasanya dalam
proses rekursif atau iteratif.
Dikatakan Erick, pertanyaan yang memerlukan penelitian lebih
lanjut adalah, dengan fakta bahwa Candi Borobudur ternyata dibangun dengan
prinsip-prinsip fraktal, adalah apakah teori fraktal pada masa lalu telah
ditemukan dan di implementasikan?
“Ini tentunya memerlukan riset yang lebih komprehensif oleh
BFI dan para peneliti lain terhadap situs-situs lainya di Indonesia, baik yang
telah ditemukan ataupun yang masih terkubur seperti yang sedang ditemukan atau
diteliti serius oleh Tim Katastropik Purba,” pungkas Erick.
Sumber: www.politikindonesia.com
===
Jika artikel ini menjadi sumber ilmu, tolong di bagikan!*
0 Response to "Akhirnya, Misteri Teknologi Arsitektur Bangunan Candi Borobudur Terungkap"
Post a Comment