Sejarah Pacaran Di Dunia
Menurut Wikipedia Pacaran merupakan proses perkenalan
antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian
kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan. Pada
kenyataannya, penerapan proses tersebut masih sangat jauh dari tujuan yang
sebenarnya. Manusia yang belum cukup umur dan masih jauh dari kesiapan memenuhi
persyaratan menuju pernikahan telah dengan nyata membiasakan tradisi yang
semestinya tidak mereka lakukan.
Kalau menurut versinya mimin websejarah, Pacaran adalah
hubungan antara cowok dan cewek yang melalui proses yang dikenal dengan
pedekate, biasanya pedekate dimulai dengan perkenalan,smsan,telpon,ngajak jalan
alias ngedate dan baru proses terakhir "katakan cinta".
Namun, jika dilihat dari sudut pandang Islam, sangat jelas Islam
tidak mengenalkan istilah pacaran. Namun, Allah SWT melarang suatu perbuatan
yang mendekati zina. Allah SWT berfirman, “Dan janganlah kamu mendekati zina;
sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang
buruk,” (al-Isra [17]:32).
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata tentang ayat ini,
“Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam rangka melarang hamba-hamba-Nya dari
perbuatan zina dan larangan mendekatinya, yaitu larangan mendekati sebab-sebab
dan pendorong-pendorongnya,” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 5/55).
Menurut salah satu sumber, istilah pacaran itu berasal dari
budaya masyarakat Melayu. ada budaya memakaikan pacar air (masyarakat Melayu
biasa menyebutnya inai) pada dua orang muda mudi yang ‘ketahuan’ saling
tertarik oleh keluarganya. Biasanya sang pemuda mengirimkan ‘sinyal’
tertariknya dengan mengirim ‘tim’ pembaca pantun untuk sang gadis pujaannya.
Nah, tim tadi akan berpantun tepat di depan halaman rumah sang gadis.
Nah, jika si gadis menyambut pantun sang pemuda dan keduanya
ingin meneruskan hubungan mereka maka orang tua keduanya memberikan pacar air
di tangan keduanya. Inai tersebut sebagai tanda bahwa keduanya telah memiliki
hubungan. Nah, ini yang sebenarnya sangat bertanggung jawab. Inai yang ada di
tangan akan hilang selama tiga bulan dan selama waktu itulah sang pemuda
mempersiapkan segala kebutuhan untuk melamar sang gadis. Jika sampai inai di
tangan mereka hilang dan belum juga ada lamaran atau konfirmasi lebih lanjut
maka si gadis berhak untuk memutuskan hubungan tersebut dan menerima pinangan
lelaki lain. Dan jangan bayangkan selama tiga bulan tersebut mereka berpacaran
seperti pacarannya anak zaman sekarang. Mereka sangat terjaga sebelum
pernikahan terjadi.
Dalam sebuah sumber lain, di salah satu taushiyahnya, Habib
Segaf bin Mahdi bin Syaikh Abubakar bin Salim Allahu yarhamuh, menyinggung
perihal tradisi pacaran. Menurut beliau, tradisi pacaran bermula di zamannya
Nabi Nuh AS.
Pada saat itu, Nabi Nuh AS diperintahkan oleh Allah SWT
untuk membuat bahtera, sebab saat itu Allah hendak mengadzab atas kaumnya yang
durhaka. Setelah bahtera itu dibuat, Nabi Nuh mulai menyerukan kepada umatnya
untuk turut serta dalam bahteranya. Di saat itulah terlihat dari umatnya yang
membangkang, yaitu mereka yang tidak mengindahkan seruan nabinya sendiri karena
Allah hendak menurunkan banjir bandang. Dari sekian banyak umatnya, yang taat
atas ajakan nabinya hanyalah beberapa gelintir saja.
Selain dari kalangan manusia yang turut serta, Nabi Nuh AS
juga mengajak para binatang dari berbagai jenisnya dengan pasangannya
masing-masing. Hal itu karena mereka akan memulai kehidupan yang baru usai
banjir bandang disurutkan Allah SWT.
Nabi Nuh AS menyerukan, “Wahai umatku dan seluruh hewan yang
turut serta bersamaku, tahanlah kamu sekalian dari melakukan hubungan badan.
Karena bahtera ini sudah terlalu penuh menampung aku dan kalian. Kita akan
memulai kehidupan baru saat banjir bandang ini berhenti. Wahai Tuhanku
damparkanlah kami di tempat yang penuh keberkahan. Karena sesungguhnya
Engkaulah Dzat sebaik-baik pemberi tempat.”
Himbauan tersebut disampaikan dan didengarkan oleh seluruh
penumpang bahtera Nuh. Namun ada saja yang melanggarnya, sepasang anjing
terlihat sedang mesra berpacaran dengan pasangannya. Hal itu akhirnya
dilaporkan oleh sang kucing kepada Nabiyullah Nuh AS. Mendapat laporan itu,
Nabi Nuh pun memperingatkan kedua anjing tersebut untuk tidak melakukannya
kembali.
Karena ada niat serta kesempatan, kedua anjing tersebut
mengulangi perbuatannya hingga menjurus pada saling cumbu-mencumbu. Si kucing,
yang memang kerjaannya tukang ngintip, melihat kejadian itu dan melaporkannya
kembali kepada Nabi Nuh As. Wallahu A’la
Sumber:
https://www.islampos.com
http://www.lihatin.com
0 Response to "DALAM SEJARAH, INILAH ASAL MULA ADANYA PACARAN DI DUNIA???"
Post a Comment