Fakta: Beginilah Para Wanita VOC di Kali Batavia

>

Red: Karta Raharja Ucu
Arsip Nasional (Kampung Kwitang Nyai Desimah)

Mengintip Wanita VOC di Kali Batavia


Oleh: Alwi Shahab

Mandi merupakan suatu kenikmatan, manakala ketika kita selesai melaksanakan aktivitas, selain itu melalui mandi badan akan kembali segar bugar.

Pada zaman VOC, Mulai dari balita sampai para pasien di rumah-rumah sakit, semua mengharapkan dapat mandi sedikitnya dua kali sehari. 

Namun berbeda halnya dengan para kompeni (VOC) dan para wanitanya; di negerinya pada musim dingin mampu mencapai suhu nol derajat Celsius. Bila mereka harus mandi maka itu merupakan suatu keterpaksaan. Sehingga tidak heran di antara mereka tidak sanggup mandi sampai berbulan-bulan.

Hal ini di gambarkan oleh Johannes Rach (1720-1783), pelukis dan sekaligus perwira VOC yang tinggal di Roa Malaka (Jakarta Barat), melalui berbagai karya lukisnya tentang  kondisi sosial warga Belanda kala itu.

Membandingkan kondisi iklim tropis Indonesia dengan negaranya, Rach menggambarkan bagaimana wanita-wanita Belanda dalam berbagai kondisi selalu menggunakan baju panjang, dengan rok bagian bawah model kurungan ayam, persis seperti dalam cerita film Hollywood abad ke-18. Kemudian ditambah lagi dengan baju dalam agar tubuh mereka terasa hangat.


Kepemilikan Jumlah Budak menjadi Cerminan Status Sosial Bangsawan Belanda

Hehidupan mereka selalu dipayungi oleh para budak, ketika mereka ke gereja atau pasar.
Budak-budak mereka selalu mengiringi mereka. hal ini mereka lakukan tidak lain hanya sekedar untuk menjaga gengsi dalam status sosial. Dengan memiliki banyak budak, ini memiliki gambaran semakin tinggi status sosial mereka. 

Lalu, bagaimana dengan prajurut-prajurit VOC di Indonesia? Sami mawon dengan wanitanya, mereka selalu memakai baju tebal, berjaket peci seragam, dan pedang selalu terselip di pinggang.

Pada masa itu, bukan hanya masyarakat pribumi saja yang memanfaatkan sungai-sungai di Batavia untuk kegiatan mencuci, mandi, dan buang air besar. Namun itu juga di manfaatkan para petinggi VOC.  Seperti di Kali Besar, Jakarta Kota, masyarakat dapat saksikan orang-orang bule ikut berkecimpung dalam Kali Ciliwung di halaman muka kediamannya yang luas.

Tidak mustahil terkadang di antara mereka juga terlihat gubernur jenderal, petinggi nomor satu di Hindia Belanda. Sebagai contoh adalah Gubernur Jenderal Albeltus van den Parra (1761-1775). 


Anggota VOC Melarang Mandi Telanj4ng di Kali

Van den Parra tinggal di Jacatraweg (sekarang Jalan Pangedran Jayakarta). Di bagian depan kediaman mereka dibuat tempat-tempat mandi yang agak terbuka.


Para wanita Belanda yang mandi tidak menghiraukan keberadaan orang-orang di seberang jalan. Sehingga VOC pernah mengeluarkan larangan bagi kalangan mereka untuk mandi telanj4ng, khususnya untuk kaum wanita.

Hingga, ketika Gunung Salak meletus pada abad ke-17, kanal-kanal disekitar kediaman mereka menjadi berlumpur hingga menjadi sarang penyakit malaria dan disentri.

Akibatnya, Kota Batavia yang pernah dijuluki sebagai "Ratu dari Timur" (Queen of the East) terakhir berubah menjadi "kuburan orang Belanda".

Inilah sebabnya, ketika Gubernur Jenderal Dandels diangkat, di antara tugas pokonya adalah memindahkan Ibu Kota dari Batavia ke Semarang atau Surabaya. namun, Dandels lebih memilih ke arah selatan Batavia yang dikenal dengan sebutan Weltevreden (daerah lebih baik) di sekitar Pasar Baru, Lapangan Banteng, dan sekitarnya. 
Sumber: republika.co.id

0 Response to "Fakta: Beginilah Para Wanita VOC di Kali Batavia"

Post a Comment